Dahulu, dia sangat belas kasihan melihat nasib Zainuddin,
dari belas kasihan mendakilah dia kepada cinta.
Maka pada ketika itu,kasihan itu timbullah pula kembali,
sambil menarik nafas yang panjang dan dalam dia berkata,
"Kasihan nasibmu Zainuddin"
Dari lurah belas kasihan mendaki ke puncak bukit cinta, sekarang telah menurun kembali kepada lurah kasihan.
Dan cinta bilamana telah menurun kepada belas kasihan, tandanya lama-kelamaan dia akan berangsur turun.
Dan temannya Khadijah pun berkata-kata
"Cis, 'alim' betul orang yang engkau cintai ini. Maunya rupanya supaya kau coreng mukamu dengan arang, pakai pakaian orang dusun Batipuh semasa 30 tahun yang lalu, alihkan pertautan sarungmu ke belakang, tindik telingamu luas-luas, masukkan daun tebu yang digulung, supaya bertambah besar dan luasnya, makan sirih biar gigimu hitam, berjalan dengan kaki terangkat-angkat, junjung niru dan tampian,
Alangkah beruntungnya engkau jika bersuami dia kelak. Engkau akan dikurung dalam rumah, menurut adab orang Arab, tak boleh kena cahaya matahari, turun sekali se-jumaat .Dan bila kau jalan beriring-iringan dengan dia, tak boleh laki-laki lain menentang mukamu, tutup muka dengan selendang, sebagai kuda bendi dengan tutup matanya. Kalau dia hendak pergi ke mana-mana, kunci rumah dibawanya, engkau hanya di dapur saja"
"Tidakkah engkau tahu bahawa orang yang dalam percintaan, kerap kali pencemburu?"
"Heran saya dengan hatimu Hayati. Bagaimana engkau pemurah dengan hatimu Hayati. Bagaimana engkau pemurah betul membalas cinta manusia yang sekejam itu. Baginya semuanya haram, semuanya tak boleh, semuanya terlarang.
Hayati yang cantik ! yang menerbitkan iri hati dalam kalangan kawan-kawannya. Jangan Hayati, mari kita ambil kesempatan selagi badan muda, percayai diri sendiri, cari suami yang bisa menuntun kita, dan tersenyum di dunia yang tak lama umurnya ini barang sekejap waktu...."
Tinggallah Hayati keseorangan dan kebingungan dibuatnya, kadang-kadang tegak, kadang-kadang dia mengeluh,, kadang-kadang dia menghadap ke kiri, dibacanya surat Zainuddin, kadang-kadang pula dia menghadap ke kanan, teringat perkataan Khadijah.
No comments:
Post a Comment